Bagi orang Surabaya, atau orang yang pernah mengunjungi
Surabaya, saya berani jamin kalau pasti pernah juga mengunjungi Tunjungan
Plaza. Mall legendaris dan terbesar di Surabaya bahkan Asia Tenggara ini
didirikan oleh Alexander Tedja pada tahun 1986. Kini, Alexander Tedja merupakan
salah satu orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan 790 Juta Dollar
atau senilai 7,9 Trilliun Rupiah. Menurut Majalah Forbes, Alexander Tedja
adalah orang terkaya nomor 36 di Indonesia.
Sebenarnya, Alexander jarang sekali bersentuhan dengan pers
dan media. Dia hanya muncul sesekali di media untuk mengumumkan proyek
prestisius baru atau ketika anaknya menikah. Ternyata, selain Tunjungan
Plaza, beliau juga membangun Menara Mandiri pada tahun 1991, Pakuwon City pada
tahun 1994, serta Sheraton Surabaya Hotel dan Tower pada tahun 1996. Bahkan,
Tunjungan Plaza 1-4 berhasil menjadi superblock perbelanjaan pertama di
Indonesia. Pada eranya, Tunjungan Plaza sempat menjadi pusat perbelanjaan
terbesar di Asia Tenggara. Praktis, Pakuwon Group berhasil menguasai jaringan
perbelanjaan di Surabaya serta jaringan perumahan elit di daerah timur dan
barat Surabaya.
Tidak puas hanya menjadi raja properti di Surabaya,
Alexander Tedja meluaskan bisnis propertinya ke Jakarta. Beliau mengembangkan
superblock Gandaria City serta Kota Kasablanka. Khusus untuk proyek Kota
Kasablanka, beliau sangat yakin dengan prospeknya mengingat lokasinya yang
berada di daerah perluasan Rasuna Said, Kuningan, yang juga termasuk central
business district (CBD) Jakarta. Strategi beliau adalah mencari tanah yang
lebih murah di sekitar pusat Rasuna Said, dan bertekad membuat center of growth
yang baru. Logikanya, dengan penuhnya daerah CBD di Jakarta, maka perkembangan
pusat baru tidak akan jauh-jauh dari lokasi CBD yang asli. Ketika itu terjadi,
Pakuwon Group memastikan bahwa mereka telah menjadi yang terdepan.
Kemampuan Alexander Tedja dalam mengendus lokasi strategis
dengan harga murah ini telah terbukti dari awal karirnya. Salah satu tips
bisnis properti yang didapatkan dari beliau adalah pentingnya mendapatkan
lokasi yang tepat. Ketika mulai membeli tanah untuk Tunjungan Plaza pada tahun
1982 pun, beliau membelinya dengan harga yang relatif murah. Dengan kerja
keras, perusahaan pemilik Tunjungan Plaza, PT Pakuwon Jati Tbk berhasil
melakukan IPO (Initial Public Offering) atau penawaran saham ke public pada
tahun 1989. Sejak itu, beliau jadi lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan,
namun tetap menjaga naluri mendapatkan tanah murah namun strategis dalam proyek
Gandaria City dan Kota Kasablanka.
Alexander Tedja juga secara agresif melebarkan bisnisnya dan
membuat jaringan yang kuat dengan berbagai orang penting baik di Surabaya
maupun Indonesia. Beliau terkenal dekat dengan pihak pemerintahan. Selain itu,
pernikahan putrinya Irene Tedja dengan Prajna Murdaya yang merupakan anak dari
Murdaya Poo telah memberinya jaringan yang sangat luas. Saat ini, Murdaya Poo
tercatat sebagai orang terkaya ke 19 di Indonesia dengan total kekayaan
mencapai 15 Trilliun Rupiah. Selain Irene, anak-anak Alexander yang lain juga
menikah dengan anak-anak dari konglomerat di Indonesia.
Ketika diwawancarai oleh Hilda Alexander dalam sebuah
kesempatan, Alexander Tedja mengungkapkan bahwa potensi pertumbuhan bisnis
properti di Indonesia bisa mencapai 30% per-tahunnya. Menurut beliau, masih
banyak pasar yang bisa digarap oleh pebisnis muda yang tertarik dalam bidang
properti. Alexander Tedja bahkan memberikan tips bisnis properti yang menarik
mengenai cara sederhana beliau mendanai proyeknya. Dalam industri properti,
uang harus berputar secara cepat dan aman. Kalau bisa, 40% dari proyek didanai
oleh pre-sales (penjualan awal sebelum properti dibangun) yang didapatkan, 30%
dari bank, dan 30% baru modal internal perusahaan.
Nah Sobat Studentpreneur, apa yang harus kita pelajari dari
Alexander Tedja dalam bisnis properti? Saya mengambil tiga kesimpulan utama.
Pertama, kita harus peka dan terus mencari tanah dengan lokasi yang strategis
namun harga masih miring. Selain Alexander Tedja, Pak Ciputra juga terkenal
dengan ketajamannya dalam mencari tanah murah namun bernilai tinggi di kemudian
hari. Kedua, jangan pernah mendanai sebuah proyek dengan 100% biaya sendiri.
Selalu ingat prinsip 40-30-30 yang diajarkan oleh Alexander Tedja, 40%
pre-sales dari pelanggan, 30% dari bank, dan 30% baru modal sendiri. Ketiga, jangan
pernah berhenti membangun jaringan meskipun anda sudah besar sekalipun.
Membangun jaringan bisa dengan berbagai macam cara, termasuk menikahkan anak
seperti yang dilakukan oleh Alexander Tedja.
Pelajaran apa yang kalian petik, Sobat Studentpreneur?
- Sumber: http://studentpreneur.co/seri-orang-terkaya-di-indonesia-5-alexander-tedja
0 comments:
Post a Comment